MAKA CARA MAKAN KITA PUN BERUBAH…

0 Comments »

MAKA CARA MAKAN KITA PUN BERUBAH…


Beberapa hari lalu melalui Twitter saya melontarkan tanya: sejak kapankah sebagian pengudap KFC menyantap nasi kepal dengan digigit selayaknya arem-arem?
Tentu pertanyaan saya tak boros karakter seperti di atas. Dan di sini Anda akan mengunyah gunumgan karakter. Membaca tulisan yang melelahkan. Anda boleh batal meneruskannya. :)
Kita dan padi dan beras dan nasi…
Menggigit nasi. Tepatnya nasi yang dipadatkan lalu dibungkus kertas berlilin. Bukan nasi yang dipadatkan dalam mangkok lalu hasilnya ditengkurapkan di atas piring.
Mungkin tak penting. Yang pasti saya telat menyadarinya. Ternyata ada yang mengaku sudah melakukannya sejak 2005. Anggap saja enam tahun lalu. Ke mana saja saya?
Mungkin tak menarik. Tapi ingatlah, bangsa kita mengenal bermacam produk beras. Yang langsung dari beras saja ada nasi, ketupat, lontong, arem-arem, lemper, wajik, juadah, bubur — silakan tambahkan contoh lain. Belum lagi yang berasal dari tepung beras.
Pendeknya beras sangat penting sehingga kita mampu mengolahnya menjadi aneka makanan. Begitu pentingnya sehingga kita tak seperti orang Inggris lama yang dulu hanya mengenal rice sebagai beras dan nasi, dan akhirnya mengenal paddy dan paddy field. Maklumlah, beras bukan bagian dari peradaban mereka selama ribuan tahun.
Beras dan padi menjadi bagian dari keseharian kita. Carilah di Bahtera, ada berapa peribahasa yang menggunakan kata padi, beras, dan nasi. Jika ditambah contoh dari bahasa daerah tentu lebih banyak lagi.
Menurut Prof. Dr. Murdijati Gardjito dari Fakultas Pertanian UGM, kepada Kompas Minggu kemarin (13/03/2011), konsumsi beras kita “sudah berlebihan”: 139,15 kg per kapita/tahun, padahal dunia hanya merekomendasikan 60 kg per kapita/tahun.
Cara makan Indonesia modern :)
Maka saya pun menyadari suatu hal baru. Apa?
Di sebuah negeri besar yang sebagian besar penduduknya menyantap nasi (sehingga harus mengimpor beras; dan jangan lupa kelanggengan kuasa politik juga bertumpu pada beras), dan yang sebagian warga pulau tertentunya telah mengenal budaya sawah ribuan tahun (pengorganisasian kekuasaan juga dimulai dari tata pengairan sampai ke upeti dan seterusnya; begitupun keseniannya yang berbeda dari masyarakat pemburu), cara menyantap nasi di kedai akhirnya terkoreksi.
Maafkan kalimat panjang itu. Melelahkan. Bisa bikin lapar.
Intinya: generasi muda urban sampel saya menyantap nasi di kedai ayam goreng Amrik dengan cara yang berbeda dari orangtuanya.
Alasannya beragam, silakan Anda tambahkan sendiri dalam komentar. :) Alasan Anda itu sangat penting.
Hanya cara makan. Tak ada hubungannya dengan pencernaan. Yah, adab perdapuran dan pemanjaan lidah memang tak semuanya berurusan langsung dengan proses digestif.
Meskipun begitu banyak juga menu dan tata cara makan yang diandaikan menyimpan sebuah nilai. Pepatah “asam di gunung, garam di laut…” bukan sekadar seni memasak. Itu adalah cara pandang terhadap kehidupan. Sama seperti Toto Chan di Jepang mendapatkan pencerahan di sekolah gerbong: sayur dan ikan berpadu, yang dari gunung dan laut bertemu. Itulah contoh keseimbangan hidup — tetapi (mungkin) berbeda dari versi orang Eskimo dan suku-suku di Kalahari, Namibia.
Lantas apa urusan paparan bertele-tele dengan menggigit nasi?
Fast food mengubah kita. Tak perlu disesali, apalagi bisnis dan konsumsi itu bagus untuk menggerakkan ekonomi.
Semuanya (mungkin) berlangsung alami, sehingga sejumlah iklan TV KFC, yang terus diputar di kedainya itu, setahu saya tak menganggap penting penggigitan nasi itu, karena yang utama dalam visual adalah ayam goreng. Tolong Anda koreksi jika saya kurang cermat.
Cara makan nasi with style tidak masuk iklan. Aneh juga. Padahal variasi cara konsumsi produk bisa menjadi pengukuh dagangan dalam iklan — sejak cara menyobek kemasan rokok Dji Sam Soe (iklan zaman dulu), mencampurkan kacang atom ke dalam mi dan bakso, sampai cara menikmati biskuit Oreo.
Dalam kasus nasi, konsumen menemukan cara sendiri tanpa contoh masif melalui iklan. Unik juga.
Saya tak tahu apakah kelak dalam makan siang bersama dengan nasi kotak karton cara serupa juga akan terjadi. Sendok (sekali pakai) tak disertakan. Sementara cara memuluk (menyuapkan sejumput nasi ke mulut), suatu hal yang tak semua orang bisa, segera lenyap. Minimarket menjual “kertas nasi”, dan semua warung akan membungkus nasi padat.
Kalau itu terjadi meluas, maka sebuah cara bersantap Indonesia modern telah tercipta. Tanpa sendok, tapi tidak memuluk, dan tetap menjadi finger food. Sangat Indonesia.
Belajar dari “sedotan” dan tisu
Jika masalahnya hanya karena nasi dibungkus kertas, rasanya faktor ini tak sekuat kehadiran penyedot limun, berbahan plastik, pada akhir tahun 60-an. Saat itu sebagai barang baru, penyedot dijual eceran di perkampungan. Anak-anak akan memotongnya, lalu menjadikan sebagai buluh perindu di ujung lidah.
Penyedot plastik — orang bilang “sedotan” — memang inovatif, karena sebelumnya penyedot berbahan gelas tiup untuk limun, kokt(a)il dan mokt(a)il adalah barang mewah. Lalu dalam halal bil halal, tetamu cukup disuguhi air kemasan gelas plastik, juga dengan penyedot. Cara minum berubah. Yang dulu dianggap kurang sopan — memperlakukan orang dewasa seperti anak kecil — akhirnya dianggap biasa, bahkan higienis.
Penyedot membuat orang meminum dengan cara baru, sehingga akhirnya di warung kaki lima pun segelas teh hangat dilengkapi penyedot — bersanding dengan wadah tisu gulung untuk peturasan.
Saya pribadi lebih suka menyesap dan menenggak minuman secara langsung. Perantaraan oleh penyedot menghalangi pengalaman lidah dan menghambat rasa kenyang minuman. Tahu-tahu isi gelas dan botol habis. Tetapi justru karena itu penyedot dianjurkan untuk orang yang harus banyak meminum air putih. Tak terasa akan lebih banyak yang terminum.
Adapun tisu meja, yang mulai meluas penggunaannya pada pertengahan 70-an, akhirnya menyadarkan konsumen tentang alternatif. Lembar tumpukan dan gulungan hanya beda desain, dengan perbedaan spesifikasi yang boleh diabaikan, tetapi berbeda harga. Maka akhirnya tisu peturasan berpindah ke meja, dan industri plastik menjawabnya dengan aneka wadah.
Lalu kita terbiasa dengan itu semua. Kita boros penyedot (sudah masuk komponen biaya penjual minuman) dan terlebih boros tisu (termasuk saya). Karena masih transisi maka ada saja warung yang membuang penyedot semaunya, dan ada saja pengudap yang membiarkan gumpalan tisu memenuhi meja warung bahkan lantai warung. Itu semua adalah bagian seni makan ala Indonesia.
Terima kasih, Anda telah membaca tulisan panjang ini. Saya sendiri pun capai menuliskannya. :D

doa nurbuwat

0 Comments »

Doa Nurbuat (Nurul Nurbuwah) merupakan satu-satunya doa yang memiliki banyak khasiat, tentu saja bila diamalkan dengan hati yang benar-benar ihklas karena Allah.
Dikisahkan bahwa Rasulullah setelah sholat subuh duduk di masjid bersama para sahabat. Kemudian datanglah malaikat Jibril membawa doa Nurbuat seraya berkata: “Aku diutus oleh Allah membawa doa Nurbuat untuk diserahkan kepadamu (Rasulullah).”
Doa Nurbuat:
Bismillaahir rohmaanir rohiim. Allahumma dhisshulthanil adziim. Wa dzil mannil qadim wa dzil wajhil kariim wa waliyyil kalimaatit tammaati wad da’awaati mustajaabati ‘aaqilil hasani wal husaini min anfusil haqqi ‘ainil qudrati wannaazhirinna wa ‘ainil insi wal jinni wa in yakadul ladzinna kafaruu la yuzliquunaka bi-abshaarihim lamma sami’udz dzikra wa yaquuluuna innahu lamajnuun wa maa huwa illa dzikrul lil ‘aalamiin wa mustajaabu luqmanil hakiimi wa waritsa sulaimaanu daawuda ‘alaihis salaamu al waduudu dzul ‘arsyil majiid thawwil ‘umrii wa shahhih ajsadii waqdli haajatii waktsir amwaalii wa aulaadii wa habbib linnaasi ajma’in. Watabaa ‘adil ‘adaa wata kullahaa min banii aadama ‘alaihis salaamu man kaana hayya wa yahiqqal baathilu innal baathila kaana zahuuqaa. Wa nunazzilu minal qur’aani maa huwa syifaa-uw wa rahmatul lil mu’miniina. Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammmaa yashifuuna wa salaamun ‘alal murshaliina wal hamdu lillahi rabbil ‘aalamiin.
Artinya: (terjemahan bebasnya)
“Ya Allah robb yang memiliki kekuatan yang agung, yang memiliki kemauan yang abadi dan yang memiliki wajah yang mulia dan sebagai pelindung kalimat-kalimat-nya serta pengabul do’a-do’a, kecerdasan hasan dan husein dari jiwa yang benar, pelindung indra mereka yang melihat serta indra jin dan manusia. Dan ketika orang-orang kafir akan menggelincirkan kamu dengan penglihatan sihir mereka tatkala mereka mendengar peringatan lalu mereka berkata-kata, sesungguhnya ia adalah gila. Tiadalah itu semua melainkan sebagai peringatan bagi seluruh alam. Allah yang mengabulkan do’a luqmanul hakim dan mewariskan sulaiman bin daud a.s. Ya allah robb yang maha penuh kasih, ya allah, ya allah, ya allah robb yang memiliki singgasana yang agung, yang dapat berbuat apa yang diinginkan, maka panjangkanlah umurku dan sehatkanlah tubuhku, perkenankanlah hajatku, limpahkanlah hartaku dan anak-anakku, dan berikanlah rasa cinta semua manusia kepadaku, jauhkanlah permusuhan dan pertentangan dari diriku dari semua anak cucu adam a.s. Allah yang hidup dan perkataan itu benar atas orang-orang kafir. Dan katakanlah telah datang yang haq dan telah sirnalah yang bathil karena sesungguhnya yang bathil itu pasti akan sirna. Dan kami telah menurunkan al-qur’an itu sebagai penyembuh dan rahmat untuk orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang dhalim itu tidaklah mendapat sesuatu di dunia ini melainkan kerugian.”
Khasiat yang terkandung dalam doa Nurbuat antara lain:
• Hajat dapat terkabul, jika dibaca sesudah sholat fardlu secara rutin.
• Dapat bertemu dengan Jin, bisa merubah rupa .
• Dapat menyembuhkan hewan yang cacad bila dibacakan pada hewan tersebut.
• Dapat diampuni dosa kita, jika dibaca ketika matahari terbenam.
• Dapat disayangi oleh musuh, jika dibaca ketika hendak keluar rumah.
• Dapat menjadi penjaga rumah dari gangguan jin, sihir, santet dan bahaya lainnya, jika ditulis lalu disimpan di dalam rumah.
• Dapat menyelamatkan serangan hama, jika ditulis lalu diletakkan pada tanaman.
• Dapat mengusir jin dari tempat-tempat angker, jika ditulis dan diletakkan di tempat tersebut.
• Dapat kesejahteraan dunia akhirta jika dibaca setiap hari secara rutin.
• Dapat menjauhkan dari kekufuran dan perbuatan maksiat jika dibaca 50 kali setiap malam Jum’at.
• Dapat memperlihatkan hal-hal yang indah, jika dibaca 100 kali pada malam Sabtu.
• Dapat menawarkan air laut, jika dibaca lalu ditiupkan pada air laut tersebut.
• Dapat awet muda jika dibaca setiap malam Minggu
• Dapat keselamatan hidup jika dibaca setiap malam Senin.
• Dapat menguatkan tubuh jika dibaca setiap malam Selasa.
• Dapat menguatkan gigi jika dibaca setiap malam Rabu.
• Dapat menjadikan wajah tampak lebih tampan/cantik jika dibaca setiap malam Kamis.
• Dapat menjinakkan binatang buas jika dibaca pada telinga binatang tersebut.
• Dapat bertemu Nabi Muhammad dalam mimpi jika dibaca 100 kali sebelum tidur.
• Dapat menyembuhkan segala macam penyakit jika dibacakan pada minyak kelapa lalu dioleskan pada bagian yang sakit tersebut.
• Dapat dikasihi oleh penguasa, pejabat jika dibaca setiap hari.
• Dapat berjalan jauh, jika dibacakan pada daun sirih yang bertemu ruasnya lalu diioleskan keseluruh tubuh dan kedua kaki.
• Dapat bertemu dengan raja jin jika dibaca pada tengah malam dalam keadaan suci.
• Dapat keselamatan dari pertempuran jika dibaca ketika akan berangkat bertempur.
• Dapat diterima lamaranya jika dibaca ditempat sunyi setelah siangnya berpuasa.
• Dapat memudahkan kelahiran jika dibacakan pada segelas air lalu diminumkan pada Ibu yang akan melahirkan tersebut.
• Dapat menyembuhkan sakit pada mata jika dibaca lalu ditiupkan pada mata yang sakit.
• Dapat menyembuhkan gigitan binatang berbisa jika dibaca lalu ditiupkan pada gigitan tersebut.
• Dapat kemuliaan di lingkungan masyarakat jika dibaca secara rutin setiap hari.
• Dapat melenyapkan permusuhan jika dibaca sebanyak-banyaknya.
Jadi sebetulnya kita tidak perlu pergi ke paranormal atau dukun agar hajat dan keinginan kita terkabul. Amalkan saja doa nurbuat ini dengan hati jernih dan ikhlas hanya karena allah. Wallahu alam.

cheats counter strike

0 Comments »

Auto Aim

Automatically aims at your enemies by using the right click abilities of your gun: sv_aim

Cheat List

Access the console by pressing "`"
  • Enables cheats: sv_cheats 1
  • Bots only buy snipers: bot_sniper_only
  • Bots only use knives: bot_knives_only 1
  • All Deleted Scenes: cl_levellocks 16382
  • Enemies don’t see you: notarget
  • Go through walls: noclip
  • Invincibility: god
  • Kills all bots: bot_kill
  • Make bot go to specific locations: bot_goto_mark
  • Bots don’t move: bot_zombie 1
  • Set the bot´s difficulty level: bot_difficulty
  • Bots will only buy pistols: bot_pistols_only
  • Restart the map without losing any goals: restart
Access the console by pressing "`"
  • Enables cheats: sv_cheats 1
  • Bots only buy snipers: bot_sniper_only
  • Bots only use knives: bot_knives_only 1
  • All Deleted Scenes: cl_levellocks 16382
  • Enemies don’t see you: notarget
  • Go through walls: no...

Bind Costumes

This code can also not be entered from the Host Computer. Hit the ~ (by default)
Enter:
  • bind w "+forward;model sas"
  • bind d "+moveright;model gig-n"
  • bind a "+moveleft;model l337"
  • bind s "+back;model arctic"
  • bind uparrow "+forward;model vip"
  • bind rightarrow "+moveright;model sciencetist"
  • bind leftarrow "+moveleft;model gorila"
  • bind downarrow "+back;model sas"
This code can also not be entered from the Host Computer. Hit the ~ (by default)
Enter:
  • bind w "+forward;model sas"
  • bind d "+moveright;model gig-n"
  • bind a "+moveleft;model l337"
  • bind s "+back;model arctic"
  • bind uparrow "+forward;model vip"
  • b...

Faster Movement

These codes must be entered from the Host Computer. Hit the ~ (by default) to access the game console.
  • Fast forward: cl_forwardspeed (enter # between 0 and 999)
  • Fast backward: cl_backwardspeed (enter # between 0 and 999)
  • Fast strafe: cl_sidespeed (enter # between 0 and 999)
These codes must be entered from the Host Computer. Hit the ~ (by default) to access the game console.
  • Fast forward: cl_forwardspeed (enter # between 0 and 999)
  • Fast backward: cl_backwardspeed (enter # between 0 and 999)
  • Fast strafe: cl_sidesp...

Auto-Reload

This code must also be entered from the Host Computer. Hit the ~ (by default).
Enter: +reload
This codes works, but it's slightly annoying. After every shot you will reload. If you get sick of it, enter this code:
-reload
This will disable auto-reload.
This code must also be entered from the Host Computer. Hit the ~ (by default).
Enter: +reload
This codes works, but it's slightly annoying. After every shot you will reload. If you get sick of it, enter this code:
-reload
This will disable auto-re...

Mengulas Kembali Sejarah Bima Masa Lampau

0 Comments »
bima termasuk Daerah Tingkat II Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelum bergabung dengan NKRI, Bima telah melewati perjalanan sejarah panjang yang bermula dari masa sebelum Islam. Sayangnya, karena keterbatasan sumber, hingga kini masih sulit untuk mengungkapkan serta memaparkan sejarahnya. Dalam konteks sejarah nasional, peran dinamika politik Bima jarang diungkap. Hal ini mungkin disebabkan oleh porsi partisipasi pergolakan kekuasaan di sana yang lebih bersifat lokal dan hanya meliputi wilayah regional. Selain itu, penulisan sejarah tentang Bima lebih banyak dilatarbelakangi oleh nasionalisme berlebihan sehingga tulisan-tulisan sejarah lokal tentang peran Bima dalam dinamika politik nasional terkesan dipaksakan. Dari sini, penulis berusaha membuat tulisan dengan landasan historis lokal sekaligus memaparkan karakteristik masyarakat Bima. Dengan ini, selain bisa mengetahui dinamika kekuasaan di Bima, pembaca juga bisa menilai bagaimana kondisi masyarakat Bima abad ke-17-18 M.
Masyarakat Bima adalah masyarakat dengan kontruksi yang heterogen. Masyarakat Bima terdiri atas komposisi ras yang cukup beragam. Kapan dan bagaimana Bima bisa memiliki komposisi masyarakat yang demikian akan penulis paparkan secara historis dalam tulisan yang mengangkat judul ”Dinamika Sosial dan Politik Kesultanan Bima Abad ke-17 – 18 M” ini. Dalam tulisan ini juga akan diterangkan mengenai Bima pada masa kesultanan, atau menurut Bpk. Ari Sapto, M.Hum (Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang) lebih tepat disebut Kerajaan Islam Bima, yang dalam sejarahnya banyak berperan dalam berbagai pergolakan di Nusantara bagian timur terutama pada masa awal pemerintahan Kerajaan Islam Bima sekitar abad ke-17 M. Ramainya jalur perdagangan dan pelayaran Nusantara pada masa awal kerajaan Islam tidak hanya diikuti oleh inkulturasi dan transfer budaya, tetapi juga memancing kepentingan politis VOC dalam hegemoni kekuasaan serta monopoli perdagangan di wilayah Bima. Dalam perkembangannya, ketika pemerintah Hindia Belanda mengambil alih wilayah kekuasaan VOC, Bima sebagai salah satu kerajaan di Pulau Sumbawa tidak luput dari penetrasi kekuasaan Belanda. Dari awal abad ke-17 sampai awal abad ke-19, Belanda sebagai kongsi dagang (VOC) maupun sebagai pemerintahan kerajaan terus melakukan usaha hegemoni kekuasaan di wilayah ini. Contoh usaha yang dilakukan, di antaranya politik adu domba serta membuat berbagai perjanjian yang pada akhirnya berhasil menguasai lingkungan istana secara utuh. Perjanjian-perjanjian tersebut berujung pada perjanjian yang dikenal dengan ”Conract Met Bima”. Perjanjian ini menunjukkan bahwa Kerajaan Bima benar-benar berada dalam wilayah hegemoni Hindia Belanda.
A. Bima pada Masa Awal Kesultanan
Sebelum memaparkan tentang masuk dan berkembangnya Islam di Bima, penulis akan membahas secara umum kondisi Bima sebelum era kesultanan. Tidak banyak sumber yang menggambarkan kondisi masyarakat Bima pada masa itu, akan tetapi beberapa tulisan lama tentang Kerajaan Bima menggambarkan masyarakat Bima sudah banyak yang menganut Islam bahkan sebelum Islam memasuki kancah politik dan pemerintahan. Bima sebelum masa kesultanan digambarkan sebagai daerah yang penduduknya beragama Hindu. Hal ini bisa dilihat dari temuan situs Wadu Pa’ayang terletak di Desa Sowa, Kecamatan Donggo, pesisir barat ujung utara Teluk Bima.
Ada beberapa pendapat mengenai proses masuknya Islam di Bima. Dalam buku Peranan Kesultanan Bima dalam Perjalanan Sejarah Nusantara karangan M. Hilir Ismail , Islam tersebar di wilayah Lombok dan Sumbawa salah satunya dibawa oleh Sunan Prapen yang merupakan putra Sunan Giri pada 1540 – 1550 M. Arus islamisasi yang besar juga berasal dari para pedagang Sulawesi sekitar 1617 M, seperti yang disebutkan dalam BO (catatan lama Istana Bima). Kesultanan Bima dalam kancah politik Nusantara, pada abad ke-17, banyak mengalami berbagai pergolakan, baik di dalam tubuh Bima sendiri maupun di wilayah timur Nusantara. Hubungan bilateral Kesultanan Bima dengan Kerajaan Gowa terjalin dengan baik, selain karena persamaan ideologi kerajaan (Islam), juga karena adanya hubungan darah di antara pemegang kekuasaan kedua kerajaan.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Islam masuk ke wilayah pemerintahan Kesultanan Bima tidak terlepas dari pengaruh kerajaan-kerajaan di Makasar, khususnya Kerajaan Gowa. Di samping itu, perkawinan sultan pertama Bima, Sultan Abdul Kahir, yang disebut-sebut sebagai bentuk perkawinan politik yang merupakan intrik politik yang cukup populer pada abad itu, ikut memperkuat hubungan bilateral kedua kerajaan.
B. VOC dan Pemerintah Hindia Belanda dalam Dinamika Politik Kerajaan Islam Bima
Kontak pertama antara Bima dan orang-orang Belanda telah dimulai pada awal abad 17, ketika terjadi perjanjian lisan antara Raja Bima, Salasi, dan orang Belanda bernama Steven van Hegen pada 1605. Dalam sumber lokal, perjanjian ini disebut Sumpa Ncake. Isi perjanjian tersebut sampai sekarang belum diketahui. Namun, pada masa-masa berikutnya, hubungan dagang antara Bima dan VOC tampak terjalin dan berpusat di Batavia. Dalam catatan harian VOC atau Dah-register disebutkan bahwa VOC mengirim kapal-kapalnya ke Bima untuk membeli beras dan komoditas lainnya. Secara politis, hubungan Bima dan VOC mulai berlangsung dengan ditandatanganinya perjanjian pada 8 Desember 1669 dengan Admiral Speelman. Perjanjian itu merupakan kontrak pertama dengan VOC sebagai akibat keikutsertaan Sultan Bima, Abdul Khair Sirajudin, membantu Kerajaan Gowa memerangi Belanda. Karena kalah perang, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda pada 1667, yang dikenal sebagai ”Perjanjian Bongaya”. Isi perjanjian itu antara lain memisahkan Kerajaan Bima dengan Kerajaan Gowa agar tidak saling berhubungan dan saling membantu. Pada perjanjian tahun 1669, Bima memberikan terobosan pada Kompeni untuk berdagang di Bima dan raja atau sultan tidak boleh meminta atau menarik cukai pelabuhan terhadap kapal dan barang-barang Kompeni yang keluar masuk pelabuhan.
Setiap terjadinya pergantian raja atau sultan, Kompeni akan membuat kontrak baru. Alasannya, selain untuk memperkuat kontrak-kontrak sebelumnya, juga untuk menjadikan Bima dan kerajaan-kerajaan lain di Pulau Sumbawa di bawah kekuasaan Kompeni secara perlahan-lahan. Selain itu, pertikaian di antara elit penguasa di Pulau Sumbawa, baik yang sengaja direkayasa oleh Kompeni atau bukan, pada dasarnya memberikan kesempatan bagi VOC untuk memperluas pengaruh serta kekuasaannya di wilayah itu. Untuk mewujudkan keinginannya, VOC mengadakan pendekatan melalui pembuatan kontrak atau perjanjian secara paksa. Sebagai contoh, pada 9 Februari 1765, VOC mengadakan perjanjian secara kolektif dengan kerajaan-kerajaan di Pulau Sumbawa, yaitu Bima, Dompu, Tambora, Sanggar, Pekat, dan Sumbawa. Cornelis Sinkelaar (Gubernur VOC) sepakat dengan Abdul Kadim (Raja Bima), Datu Jerewe (Raja Sumbawa), Ahmad Alaudin Juhain (Raja Dompu), Abdul Said (Raja Tambora), Muhamad Ja Hoatang (Raja Sanggar), dan Abdul Rachman (Raja Pekat) untuk bersama-sama dengan VOC memelihara ketenteraman, bersahabat baik, dan mengadakan persekutuan dengan VOC. Dalam pasal 1 kontrak tersebut dinyatakan bahwa raja-raja di Pulau Sumbawa, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, berjanji akan terus mematuhi kontrak yang pernah dibuat sebelumnya. Demikian pula prosedur-prosedur dalam perjanjian yang telah dibuat sebelumnya dengan VOC, masih berlaku dan akan terus dipatuhi. Pada 1675, VOC diizinkan untuk mendirikan posnya di Bima. Perjanjian itu diperbarui lagi pada 1701 dan sejak itu secara resmi VOC hadir di Bima.
Pada awalnya, ditempatkan seseorang dengan jabatan koopman atau onderkopman, kemudian seorang residen, dan akhirnya seorang komandan. Pada 1708, J. Happon ditunjuk sebagai residen yang pertama. Pada 1771, jabatan residen digantikan oleh jabatan komandan sampai 1801. Dalam kontrak disebutkan pula bahwa perjanjian itu dibuat dalam rangka persahabatan dan persekutuan abadi yang didasarkan pada ketulusan, kepercayaan, dan kejujuran. Sebagai konsekuensi dari kontrak-kontrak itu, kerajaan-kerajaan di Pulau Sumbawa tidak boleh (dilarang) mengadakan hubungan (politik maupun dagang) dengan daerah-daerah lain, dengan bangsa Eropa lain, atau dengan seseorang kecuali atas persetujuan dan izin VOC. Meski demikian, penempatan residen Belanda di Bima pun harus dengan persetujuan Kerajaan Bima dan sepengetahuan Gubernur dan Dewan Hindia di Makassar. Akibat lain dari perjanjian ini adalah semua hubungan dengan orang-orang Makassar di daerah ini harus diputuskan. Bagi VOC, orang-orang Makassar merupakan para pengacau dan penyulut kekacauan karena hubungan Sumbawa dan Makassar yang telah berjalan lama. Pada 1695, orang-orang Makassar melakukan pelarian dalam jumlah besar ke daerah Manggarai. Bahkan, perpindahan orang-orang Makassar itu telah berlangsung sejak 1669, setelah Kerajaan Gowa ditaklukkan VOC dan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya pada 1667. Pada 1701, orang-orang Makassar berhasil diusir dari Manggarai. Namun, ternyata hubungan antara Bima dengan Makassar tidak dapat diputus dengan cara-cara kekerasan seperti itu karena hubungan Bima-Makassar tidak semata-mata bersifat politik dan ekonomi (dagang), tapi juga hubungan perkawinan antara elit penguasa Bima dan putri bangsawan Gowa.
Pada 1759, sebagai dampak dari kontrak yang dilakukan raja-raja di Pulau Sumbawa, orang-orang Makassar menyerang Manggarai dan menduduki daerah itu. Namun, mereka tidak dapat bertahan lama karena pada 1762, dengan bantuan VOC, Bima dapat menguasai kembali daerah Manggarai. Usaha yang dilakukan oleh Gowa untuk menguasai Manggarai tetap dilakukan, misalnya pada 1822 dengan jalan menarik pajak, namun belum berhasil. Dengan berbagai perjanjian yang terus diperbarui dari zaman VOC hingga ke Hindia Belanda, perlahan-lahan Kesultanan Bima secara politis kehilangan kekuasaan. Perjanjian yang merupakan titik puncak hegemoni Belanda atas Kesultanan Bima adalah perjanjian yang dilakukan oleh Sultan Ibrahim pada 6 Februari 1908 yang disebut “Contract Met Bima”. Perjanjian tersebut antara lain berisi:
1. Sultan Bima mengakui Kerajaan Bima merupakan bagian dari Hindia Belanda dan bendera Belanda harus dikibarkan.
2. Sultan Bima berjanji senantiasa tidak melakukan kerja sama dengan bangsa kulit putih lain.
3. Apabila Gubernur Jenderal Hindia Belanda menghadapi perang, maka Sultan Bima harus mau mengirim bala bantuan.
4. Sultan Bima tidak akan menyerahkan wilayah Kesultanan Bima kepada bangsa lain kecuali Belanda.

Walau pada perkembangannya perjanjian ini menyulut perlawanan dari rakyat Bima, tetap saja Kesultanan Bima pada masa itu berada dalam posisi yang lemah. Hal itu bisa dilihat dari perlawanan rakyat yang dapat dipatahkan oleh Belanda secara bertahap dan Sultan Ibrahim tidak punya kekuatan yang cukup untuk melakukan perlawanan secara terang-terangan.
note: diketik ulang dari kumpulan artikel yang ada di asrama mahasiswa malang-mbojo dan jika ada diantara pembaca merupakan orang yang telah lama atau pakar sejarah dari bima mbojo kami mohon agar memberikan masukan dan koreksi untuk kami
Filed in: Bima Tags: , , , , , ,

Related Posts

Bookmark and Promote!